Sunday 19 December 2010

Heracles

"They say a hero is the one who survive till the end of war. They say a hero is the one who can stand up from the deepest fear he'd fell off. They say a hero is the one who have faith in himself. They also say a hero is the one who always win even if he lost the game. I'm not really care of whatever they said. But here's the thing I know, you stood up until the end, you brought us into something that we're never achieved, you believe in them you have faith in them (although sometimes you hide that feelings), you took a good damn care of them, you're not asleep because you thought of them a lot, you're 'all-out' when it comes to them. What more can I say ? You are already a hero indeed. Whatever the result may be, you are the one who have done all that, and no one can do better than you are.  :)"

-Bunga Istyani-

Tuesday 26 October 2010

Constellations

Pagi, dan kabut mulai turun. Dia duduk bersandar di sebuah pohon paling besar, tertunduk lesu dan menangis. Tidak terlihat usaha nya untuk menahan dingin. Pakaian nya basah oleh keringat. Terbukti kah sikap nya yang merasa semua di bawah kendali namun tidak?

Hanya untuk merasa sejumlah kekhawatiran yang terus menyelubungi rongga dan merasuk ke dalam sum sum tulang dada, lalu terkubur membusuk di kedalaman sukma.

Dan harus tetap kembali tersenyum...

Karena disana sayup-sayup terlihat kilatan massa bertarung dengan lembut nya suasana. Kadang jika tangisan adalah sebuah jawaban, maka apa guna senyuman? Kemudian datang lah sebuah rencana untuk hal besar di masa datang, dengan timbunan kepercayaan diri yang mulai kuat menyelubungi. Lalu apa balasan nya?

Dan tetesan keringat masih berlanjut...


Aku hanya menginginkan sesuatu
Benarkah?
Tidak, sebenarnya aku menginginkan beberapa
Namun, seperti yang kau tahu, aku tidak meminta nya



Seekor tupai melompatinya, dan terus berlari tanpa menghiraukan nya..
Dan lihatlah! hanya seperti itu..
Lalu kemana pergi nya sebuah rasa, saat seharusnya peka menjadi yang utama?
Dan lihat lah! hanya itu yang bisa mereka lakukan, untuk sebuah anti-kendali yang dibanggakan..
Tak ada esensi yang berwujud menjadi suka cita..
Dan sejarah itu pun telah sengaja dilenyapkan..
Kebesarannya mecoba menutupi gemetar nya..



Dia pulang, tak ada guna nya berlama-lama disini.
Wacana ini tidak adiktif, hanya melebarkan senyum keangkuhan para "pemenang" sementara
Perjalanan pulang ini pun adalah menghapus sudut-sudut yang tertata hingan menjadi satu sudut besar yang bertahta..


"Our deepest fear is not that we are inadequate. Our deepest fear is that we are powerful beyond measure. It is our light, not our darkness that most frightens us. We ask ourselves, Who am I to be brilliant, gorgeous, talented, fabulous? Actually, who are you not to be?. Your playing small does not serve the world. There is nothing enlightened about shrinking so that other people won't feel insecure around you. We are all meant to shine, as children do. It's not just in some of us; it's in everyone. And as we let our own light shine, we unconsciously give other people permission to do the same. As we are liberated from our own fear, our presence automatically liberates others."

Wednesday 6 October 2010

Jika ini pertanyaan mu



Tepat seperti ketika seekor kelinci masuk ke dalam hutan, seketika muncullah Yesus menatap Judas dalam bayangan. Jika pun ini penyesalan, yang sebenarnya bukan yang diharapkan akan datang. memaksa untuk bersikukuh dengan pernyataan.
Dan sekarang aku pun tidak yakin akan ucapan ku. aku tidak benar-benar ingin berperang.
karena jika pun harus berperang, bukan aku yang menabuh genderang, dan juga bukan kau. hanya terjadi begitu saja...
Ya, aku baru sadar..
Tidak semudah kata maaf untuk menyampaikan rasa..., aah! aku tidak suka kata ini!
Dan kau pun sekarang adalah penentu maklumat..
Silakan saja...
Aku tidak mengharapkan hasilnya akan berbeda, tapi perasaan lega akan memenuhi telaga.
Sekedar kau tahu, karena mungkin kau tidak...
Aku telah memikirkannya sendiri...
Aku memang menyesal...
Jika seseorang pernah berkata; "terkutuklah dia dan buang ke dalam api, bagi nya yang kehilangan karena itu dosa!"
Aku berkata; "kutuklah dan buang aku!!"

Jika ini pertanyaanmu, maka tolong, lega lah...

Saturday 25 September 2010

Bayangan kaki langit

Dari kejauhan sudah terlihat bentangan sejarah menuntun dirinya ke masa depan. Berkutat mencari kenangan bagi jimatnya menantang. Mencari pengertian pada pilihan ketidak mungkinan yang terjadi. Dan kemarin, jauh sebelum kemarin. terlihat dia menatap. Masih menatap. Putih dan buram!. Menjadi retak bersama harapan yang telah terjadi. Bahwa dia ternyata masih harus belajar untuk tetap punya cinta dan melebur.

Pada kaki langit bayangannya tertidur lelap dan meninggalkan ketakutan. Seperti legenda terbelahnya dunia, seperti tangis yang dirasa dari bertubi kesedihan. bangkitlah! tarik selimut, berlindung dari kegelapan!. Walaupun sedikit, dari balik selimut, dia melihat bebatuan hancur begitu saja menjadi debu dan hilang bersama angin. tetapi takkan ada yang mampu mengubah nya. Dan dia percaya bahwa ada yang akan tetap, tak berubah diantara.
Dan terus berulang seperti matahari...

Diapun menangis. jangan menangis! Semua nya akan menjadi baik. Dia akan mendapatkan tempat yang semesti nya. Ya! yang semestinya. Jangan dulu bersinar. Tunggu!

Monday 8 March 2010

Senjata Ampuh

 ...

Dhea setengah berlari menuruni tangga rumahnya. dia kelihatan sedikit tergesa-gesa. sambil berlalu dia pamit kepada Ibunya. "Maaaaaaaaaaahhh! Dhea pergi dulu yaaaaa!!! love youuu!", teriaknya. Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala sambil berbisik, "love you too..".

Dhea, tinggi 166 cm, dengan rambut sebahu yang dia biarkan tergerai, kaos oblong, celana jins, sepatu kets dan tas, membuat imagenya terlihat seperti remaja yang riang, bebas, dan sedikit urakan. Dia tidak cantik, tapi dia mempunyai pesona yang jarang dimiliki kebanyakan perempuan seusianya. Usianya? hmm, dia terlihat seperti baru berumur 19 tahun atau mungkin 20, tidak lebih, tidak kurang.

Tidak seperti saat meninggalkan rumah, Dhea sekarang hanya berjalan santai di trotoar jalan. Dari raut mukanya, Dhea seperti sedang memikirkan sesuatu. Dia berjalan cukup lama sampai suatu saat dia melihat sebuah kafe, dan memutuskan untuk masuk dan berteduh didalamnya, karena memang matahari saat itu sedang memamerkan keperkasaannya.

Saat membuka pintu kafe itu, Dhea seperti merasakan sesuatu yang aneh, tapi dia tidak terlalu peduli, yang dia pedulikan hanyalah rasa lapar di perutnya. Dhea langsung menuju tempat kosong disebelah kirinya. Tak berapa lama kemudian, datang pelayan menawarkan menu. Dhea memesan segelas susu cokelat dingin dan sepiring omelet.

Sementara dia menunggu pesanannya datang, Dhea memandang sekeliling. Tak berapa lama dia tersadar, dia menemukan jawaban atas perasaan anehnya saat memasuki kafe ini.  Dia  lalu mengeluarkan Notebook nya, menyalakannya, lalu menuliskan sesuatu di dalamnya;

 

15 Oktober 2004, 0820 AM

Harusnya pagi ini aku masuk kuliah. Absen ku udah penuh. Sial nih, Pak Nordin pasti marah-marah trus bilang, "Dhea, saya sudah peringatkan kamu, dan sekarang absen kamu sudah lebih dari yang sudah ditentukan, jadi maaf kamu tidak bisa ikut ujian kelas saya!". Fiuwh,  kebayang! belum lagi Kema, pasti dia sekarang lagi uring-uringan tuh soal nya aku ga bales sms dia, telp nya juga ga ku angkat. lagi males! trus dia kelabakan deh nyariin.  Hihihihi, dia memang gitu. =)
Tapi tetep, aku males ke kampus, dan taraaaaa!! aku di kafe donk! sendiri! tapi seru! 

Eh iya, tadi pas masuk sini ada yang aneh deh. Aku kira karena laper, tapi ternyata bukan cuma karena itu.

Sekarang ini, aku lagi liatin bapak-bapak (bapaknya cuma satu), trus duduk sendirian. Dia lagi ngeliatin kopinya gitu. Gitu aja terus dari tadi aku masuk. Ada kira-kira 10 menitan dia begitu. Emang ada apa ya? kalo di kopi nya ada kotoran, kan tinggal bilang ke pelayannya. 

kalo karena kopinya pait, tinggal kasih gula kan. itu gula banyak di mejanya.
Dan mukanya sedih gitu...
kenapa ya dia? stress kali...
hihihihihi...
 
Aku punya temen, namanya Ijol. Temanku ini pernah bilang kalo kopi itu bukan cuma enak, tapi kopi itu bagian dari segala inspirasi di dunia.  Suatu hari, dia pernah tuh tiba-tiba teriak di kantin kampus pas minum kopinya, "Yeaaah! Huahahahaha!" 
Apa coba?! aku sama anak-anak sih pura-pura ga kenal aja. hihihihihi...
malu-maluin aja tuh bocah.
Bapak ini juga sama nih, cuma bedanya dia ga teriak-teriak kaya si Ijol. 
Aku rasa sih, orang jadi gila kalo keseringan minum kopi. 
Lagian, emang kopi segitu enaknya? masa sih lebih enak dari cokelat dingin ini?
Ntar cobain ah, tapi sedikit aja biar ga gila kaya si Ijol.

Dhea seperti sedang keasikan dengan Notebook nya sampai-sampai, dia tidak menghiraukan pelayan yang datang membawakan pesanannya hingga si pelayan berkata, "selamat menikmati...". 
"Oh iya, terima kasih mas!", Dhea membalas senyum si pelayan.

Dhea terus memandang kearah si pelayan yang berlalu, dan kemudian menulis;
 
Pelayan itu...
senyumnya tulus, bikin adem. ga kaya matahari tuh. panas bangeeettt!Pasti mas-mas itu suka ngegodain cewek-cewek.

udah berapa orang tuh yang kena sihir??
Sekarang tuh lagi banyak pesenan kayanya, soalnya dia sering mondar mandir.

dan aku perhatiin dia masih sempat aja senyum manis.
Dia pasti orang baik. Ah tapi mana ada orang baik jaman sekarang, kecuali Kema :)

Kayanya ada maunya. mungkin biar dikasih tip gede. Soalnya gajinya kan pasti kecil tuh, dan masalah ekonomi itu masalah klasik tapi ampuh buat bikin orang jadi puyeng.
Tapi yang aku liat dia emang bener-bener tulus kok...
aku ngerasain masalahnya.
Tapi bapak itu kok ga ngerasa seneng sih?

Jangan-jangan si pelayan itu ga ngasih senyum ke si bapak, jadi aja bapak itu cemberut.
hahahaha..
aneh!
Tapi ga mungkin lah, mas-mas itu senyum kok ke setiap pelanggan...
dia tulus tuh...
Pasti bapak itu punya masalah berat, sampe-sampe senyum aja ga bisa ngalahin...
Ternyata senyum bukan senjata ampuh! karena senjata ampuh pasti bisa ngalahin apapun!

Atau jangan-jangan senyumnya mas pelayan ada di dalam kopinya?




....................................................................................................................................

aku harus pergi ke kampus nih!

Sesampainya di kampus, Dhea langsung menuju kantin untuk menemui sahabatnya. Disana dia bertemu Kema yang sedang asik menyantap makanannya, memandangnya kaget, dengan mengernyitkan dahi, "Kemana aja sih Dhe? sms aku kok ga dibales?". Dhea hanya menjawab dengan senyuman. Kema hanya bisa menggelengkan kepala dan menawarkan tempat duduk disampingnya, "sini duduk.., tau ga aku nyariin tau kemana-mana...".

...

Dhea yang berjalan disamping Kema melihat Pak Nordin yang sedang melihatnya. "Aduh, gawat nih!", bisiknya. Pak Nordin menghampiri Dhea, lalu berkata, "Dhea, saya sudah peringatkan kamu, dan sekarang absen kamu sudah lebih dari yang sudah ditentukan, jadi maaf kamu tidak bisa ikut ujian kelas saya!". "tuh kan bener!", berbisik. Raut muka Dhea langsung berubah drastis, sedih, tertunduk lesu, "maafkan saya Pak...".

...


"Udah Dhe, ga apa-apa! ntar kamu ngulang lagi aja ya. Makanya jangan keseringan bolos...", Kema menghiburnya. Dhea memandang Kema yang tersenyum ke arahnya kemudian kembali menundukkan kepalanya.