Saturday 29 November 2008

Aku dan Bahasa

Bahasa merupakan salah satu media yang sangat penting bagi manusia untuk berinteraksi dengan orang lain dimana kita bisa mengungkapkan segala sesuatu, baik yang ada dalam pikiran ataupun hati kita. Setiap orang berhak, perlu, dan bisa mengungkapkan perasaan marah, kesal, rindu, cinta dan lain sebagainya tepat pada orang yang dimaksud dengan menggunakan bahasa melalui berbagai macam media. Dengan bahasa, orang dapat mengirimkan pesan damai ataupun pesan untuk berperang. Secara sadar atau tidak sadar, kebutuhan manusia akan berbahasa sama seperti kebutuhan manusia terhadap makanan dan minuman, karena manusia yang pada dasarnya memerlukan orang lain dalam hidupnya tidak akan bisa bertahan untuk terus diam.

Bagi saya, bahasa cukup menyenangkan. Dengan bahasa selain saya dapat menumpahkan segala sesuatu yang saya pikirkan atau rasakan melalui ucapan atau tulisan, saya juga dapat bermain-main dengan bahasa. Seperti bermain sudoku, saya harus menempatkan satu kata dimana kata lain bisa masuk dan terhubung menjadi sebuah kalimat sehingga lawan bicara menjadi mengerti atau malah bingung. Mungkin aneh, karena justru bahasa diciptakan untuk berkomunikasi agar orang menjadi mengerti. Tapi bagi saya membuat orang bingung juga termasuk salah satu cara dalam berkomunikasi. Kebingungan membutuhkan jawaban, dan untuk menemukan jawaban diperlukan banyak pertanyaan, pemikiran, dan perdebatan. Dengan melakukan hal tersebut otomatis kita telah melakukan komunikasi, dengan menggunakan bahasa tentunya melalui banyak cara.

Sebagai media untuk berkomunikasi, bahasa mempunyai banyak bentuk, yaitu bahasa lisan, bahasa tulisan, bahasa tubuh, simbol, dan sebagainya. Bentuk dan arti bahasa pada setiap daerah atau negara punya ciri khas tersendiri sehingga kita perlu mempelajarinya agar kita dapat mengetahui, dan memahaminya. Bagi kita orang Indonesia, tentu bahasa indonesia adalah bahasa yang kita pakai dalam berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain, yang tentunya juga orang indonesia atau bukan orang indonesia yang dapat berbahasa indonesia.

Sejarah bahasa indonesia dari awal pembentukan (bentuk baku.red) hingga sekarang telah mengalami banyak perubahan dan mungkin bagi pengamat bahasa hal tersebut sangat memprihatinkan karena bahasa indonesia telah mengarah pada kehancuran. Mungkin saya terlalu membesar-besarkan atau terlalu mendramatisir situasinya. Tetapi, pengalaman yang saya dapatkan sebagai mahasiswa mengenai bahasa indonesia adalah bahasa indonesia hanya cukup sebagai media untuk berkomunikasi dengan orang lain. Saya menggaris-bawahi “hanya cukup”, tidak lebih dan tidak kurang. Di dalam dunia kampus, terutama fakultas sastra, berkomunikasi melalui bahasa Indonesia dengan benar atau salah tidak lagi menjadi penting, karena yang penting adalah bagaimana mahasiswa dapat dengan benar mengucapkan atau menulis bahasa atau sastra asing yang sedang dipelajari mungkin kecuali sastra Indonesia.

Di masa sekarang, tidak banyak yang bias berbahasa Indonesia dengan baik dan benar termasuk saya. Sebelum menulis esai ini, saya banyak bertanya kepada beberapa teman dari fakultas sastra tentang bahasa Indonesia. Dari hasil survey yang saya lakukan, banyak yang menjawab bahwa bahasa Indonesia yang baku itu terlalu kaku dan hanya dapat digunakan dalam situasi formal. Dalam situasi informal, menggunakan bahasa Indonesia yang baku akan sangat mengurangi suasana informal tersebut. Sehingga bahasa Indonesia yang tidak bakulah yang dapat mewakili emosi dan suasana informal ini. Bahasa Indonesia yang tidak baku ini berhubungan dengan bahasa asing terutama bahasa inggris, yaitu bahasa yang dapat mewakili perasaan atau pikiran tanpa harus terlalu serius. Bahasa inggris dapat digunakan dalam situasi serius ataupun tidak serius. Inilah jawaban yang diberikan oleh teman-teman saya.

Bagi orang Indonesia, menggunaan bahasa Indonesia adalah sebuah trend. Dulu, saat muncul sebuah film AADC (Ada Apa Dengan Cinta.red) tiba-tiba hampir semua orang muda indonesia mulai mencoba mempelajari sastra, mulai mencari-cari buku AKUnya Sumandjaya. Semua ingin seperti Rangga (Tokoh dalam film itu.red) yang cool (dingin/kalem/keren.red), yang senang menyendiri, senang membaca karya sastra, romantis, ganteng dsb. Tetapi setelah film itu tidak lagi menjadi sebuah acuan tren karena kemudian banyak bermunculan film-film lain yang bertemakan cinta yang lebih baru, keadaan tadi tidak lagi terlihat.

Sebuah tren lah yang mengatur segala tingkah laku orang Indonesia. Masyarakat indonesia sangat senang dengan mode, kita sangat tergiur untuk menikmati sesuatu yang baru walaupun tidak pada tempatnya. Mungkin banyak yang menyadari hal ini, tapi sangat disayangkan, kita malah tidak memanfaatkan hal ini. Contohnya: sebuah stasiun radio swasta di bandung, memasang plang bertuliskan Slow Down, yang akhirnya menjadi tren. Outlet-outlet memasang spanduk besar dengan tulisan yang besar pula; BUY 1, GET 1 FREE, dsb.

Pertanyaannya, mengapa bahasa inggris yang kita pelajari tidak lebih dari 2 jam di sekolah dapat membuat kita mencintai bahasa asing ini? Saya mulai mencari jawabannya dan jawaban yang saya temukan adalah media massa. Pengaruh media massa seperti koran dan televise membuat kita sangat terpengaruh dengan hal-hal yang kebarat-baratan. Saya jadi teringat sebuah lagu dari Jamrud, judulnya Asal British. Jika kita menyimak lirik lagu tersebut, kita hanya bisa mengangguk mengiyakan karena memang begitu kenyataannya. Masalahnya lagu itu dibuat sudah lama, sekitar tahun 2000an dan sampai sekarang situasinya masih seperti itu.

Masyarakat indonesia yang konsumtif dapat menerima begitu saja sesuatu yang berbau kekinian. Kekinian yang saya maksud adalah modernisasi. Masyarakat indonesia sangat menerima hal-hal tersebut, termasuk saya. Kemampuan saya dalam berbahasa, terutama dalam berbahasa indonesia, tidaklah baik atau bagus. Tetapi sebagai orang indonesia, saya sadar dan cukup sedih dengan keadaan ini. Saya sadar penggunaan bahasa indonesia sudah seharusnya diperbaiki karena bahasa indonesia adalah salah satu keunikan bangsa ini. Kesenangan akan sebuah tren atau mode membuat kita sebagai orang Indonesia, kehilangan jati diri. Tidak ada lagi keunikan sekaligus kebaggaan yang bisa kita tunjukkan dengan kepala tegak.

Suatu hari saya datang ke Himpunan Mahasiswa Sastra Jerman, banyak rekan-rekan sedang berkumpul. Ada yang sedang melucu, ada yang sedang memasak, ada yang nongkrong, ada yang bersih-bersih. Kemudian saya ikut duduk nongkrong dan mendengarkan pembicaraan rekan-rekan. Ternyata tema pembicaraan tersebut adalah tentang acara JEMBATAN 2008, sebuah acara malam keakraban untuk mahasiswa sastra jerman. Ada salah seorang rekan, yang dengan semangat bilang akan ikut meramaikan acara tersebut dengan membacakan puisi karya dia sendiri. Mungkin tidak mengherankan, tapi sangat mengherankan bagi saya karena rekan ini adalah mahasiswa angkatan muda, angkatan 2007. Bukan menyepelekan justru sebaliknya. Saya kaget dan heran tapi juga senang karena ternyata di jaman sekarang, masih ada anak muda yang senang menulis puisi. Sebuah hobi yang sudah jarang dilakukan oleh orang muda saat ini. Jadi ternyata masih banyak yang peduli dengan bahasa dan sastra Indonesia.

Beberapa hari yang lalu, saya pergi ke salah satu warnet di jatinangor, dan membuka situs friendster.com. Saya membuka profil salah satu rekan saya dan kembali dikagetkan oleh tulisan dia di dalam blognya. Dia membuat sebuah cerita tentang perjalanan seorang tokoh mengelilingi pulau Kalimantan dan akhirnya si tokoh tersebut meninggal. Cerita itu sangat bagus dan ditulis dalam bahasa Indonesia yang ringan dan enak untuk dibaca, setidaknya itu menurut saya. Yang membuat saya heran dan kaget adalah rekan saya ini lahir dan besar di Chiang Mai, Thailand kemudian tinggal di Indonesia, tepatnya di Rantau, Kalimantan Selatan saat berumur 17 tahun.

Kesimpulan yang bisa saya saya ambil adalah bahasa itu menarik, tapi mungkin tidak banyak orang yang menyadari hal itu. Bisa dibayangkan jika bahasa, misalnya bahasa indonesia diklaim oleh seseorang sehingga setiap orang yang berbahasa indonesia harus membayar setiap kata yang keluar! Orang mungkin tidak atau belum mebayangkan begitu susahnya kita tanpa bahasa dan pada saat kita mempunyai bahasa yang telah dibakukan yang menjadi kebanggaan, yang telah dikukuhkan dalam sumpah pemuda sebagai bahasa persatuan, hanya kita biarkan rusak tanpa memperbaikinya atau mungkin tidak menganggap itu rusak sehingga membiarkannya. Saya ingin memotivasi diri saya dan mungkin pembaca untuk terus menggunakan bahasa indonesia, dan berbahasalah dengan baik dan benar karena bahasa itu menyenangkan.


Salam,
DHV Yeriko S
H1H 01 010
----------------------------------------------------------Tribute to: Negara Kesatuan Republik Indonesia

Wednesday 19 November 2008

Tadi gue liat berita tengah malam

Tadi gue liat berita tengah malam.
Isi beritanya tentang banjir dan kebanjiran. Angin ribut. pohon tumbang dll.

ada satu berita, katanya: di majalaya kabupaten Bandung, banjir seperti ini sudah sering terjadi. dan pemerintah diharapkan mulai mengambil tindakan.

kepala gue langsung pening!
kenapa pula gue tonton nih berita..

kalo udah sering terjadi, plus udah tau sekarang musim ujan, terus?!
pemerintah juga ga kasian ma masyarakatnya?
media juga membesar-besarkan!

trus ada satu lagi berita tentang anak sekolah bawa senjata tajam ke sekolah buat tawuran di bogor .

dah enak-enak bisa sekolah.
banyak yang pengen sekolah tapi ga bisa!

dan satu hal tentang sekolah.
Sekolah itu bukan tentang pintar atau bodoh!
sekolah itu bukan tentang ranking 1 atau ranking 40 dari 40 siswa.
bukan tentang nilai 10 atau 100,,

sekolah itu tentang membuka mata selebar-lebarnya, membuka pikiran seluas-luasnya!

trus beritanya abis. trus muncul iklan suatu produk yang menawarkan banyak hadiah. hadiahnya: uang jutaan rupiah. mobil BMW, motor, dan masih banyak lagi yang lainnya.

gue punya ide!!!

gimana kalo semua hadiah itu di ganti cuma dengan 2 macam hadiah:

hadiah pertama untuk 1000 orang: biaya sekolah
hadiah kedua untuk 1000 orang : pekerjaan tetap


kenapa sih di indonesia ini diliatin banget bedanya orang kaya sama orang miskin?
kenapa sih diliatin banget bedanya pinter sama bodoh?

Pagi

Saya pikir saya suka saat pagi hari menjelang. Saat dimana kabut tebal mulai menipis. Saat sinar matahari mulai mencoba menerobos. Rumput basah karena embun. suara kokok ayam jantan. kicau burung.
Udara sejuk pagi yang membuat pikiran menjadi lebih segar.
Saat dimana wajah-wajah bangun tidur orang-orang. Saat dimana sebuah senyum tulus pertama yang hadir di muka bumi. Saat dimana setiap rencana disusun dengan begitu rapinya. saat dimana harapan kembali datang. saat dimana tubuh memiliki energinya kembali.

Tapi sayangnya saya jarang bangun pagi. Malah mungkin lebih sering belum tidur saat itu. Saat dimana mata mulai perih dan lelah lalu mengantuk kemudian memutuskan untuk tidur.

Tapi jika ada kesempatan untuk bangun di pagi hari, saya tidak akan menyia-nyiakannya.
Saya akan awali hari dengan segelas minuman hangat plus rokok tentunya.
Saya akan membuka pintu kamar dan jendela saya kemudian saya akan membaca novel yang sampai sekarang belum habis saya baca. Novel karya Salman Rushdi "The Satanic Verse". Setelah beberapa halaman saya baca, saya akan mulai berpikir untuk melanjutkannya besok saja karena saya tidak ingin kehilangan momen bersejarah ini untuk membaca buku saja.
Kemudian saya berpikir untuk melakukan sebuah pekerjaan yang cukup rumit.
Pekerjaan itu adalah mempertahankan mimpi, memupuk masa depan, lalu merapikan setiap rencana-rencana yang telah saya susun namun berantakan lagi.
Seltelah hal tersebut diatas beres saya lakukan. Saya akan bermain dengan otak saya. Sebuah bentuk permainan yang bisa kita mulai tapi tidak bisa kita hentikan. Pada permainan ini, saya hanya tinggal memilih sebuah ide mungkin lebih tepatnya sebuah kata.
Permainan ini berlangsung cukup lama dan sangat seru. Jadi mungkin saat permainan ini berakhir, matahari sudah ada diatas kepala saya.

Dan tidak banyak yang bisa dilakukan pada saat-saat seperti ini, mungkin hanya bisa melakukan sesuatu yang harus dilakukan namun tidak menyenangkan. Jadi melakukannya sambil menggerutu.

Ok, bagian ini tidak penting. Merusak pikiran positif saya terhadap pagi. Jadi tidak saya lanjutkan.

Kesimpulannya, pagi itu indah, namun saya jarang melihat keindahan itu.

Saturday 15 November 2008

Amukti Palapa

Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa"

artinya:

Gajah Mada sang Maha Patih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada: "Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pulau Pahang, Dompo, Pulau Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, aku takkan mencicipi palapa."


Sumpah nya ga main main..
Tapi muncul satu pertanyaan: apakah setiap daerah di nusantara ini mau dipersatukan?
Karena masih belum ada orang indonesia, yang ada adalah orang jawa, sunda, batak, kalimantan dsb.

Om Gajah Mada, gimana ini?!
kita masih belum ngerti tentang nusantara, yang berbeda beda tapi satu jua itu. Yang punya banyak perbedaan dalam kebudayaan dan bahasa dengan satu nama, Indonesia.

hmm..

Lidah

Lidah ini, yang membuat kita begitu senangnya menikmati segala sesuatu, entah itu makanan atau minuman dengan beraneka ragam rasa, membuat kita lupa bagaimana jika lidah kita tidak lagi mampu mengecap itu semua (baca: hambar.red).

saya yakin, semua orang akan panik dengan keadaan ini, semua orang akan memaki atau menggerutu saat lidahnya tidak lagi mampu atau belum mampu mengecap rasa. Sangat tidak mengenakkan!

Pemikiran sederhana tentang lidah dan rasa ini membuat saya berpikir lebih jauh lagi tentang warna.
Warna membuat dunia ini menjadi indah. Warna hijau dedaunan, warna biru laut, warna merah darah, dsb.
Dan sekarang saya coba membayangkan jika warna-warna tersebut tidak ada!
yang ada cuma hitam atau putih. Membosankan!

Pemikiran ini membuat saya lebih jauh lagi berpikir tentang keaneka-ragaman.
Sebuah keunikan tentang warna kulit, bahasa, budaya, jenis dan potongan rambut, dan sebagainya.
Tapi mengapa saya sudah jarang melihat keunikan itu lagi?
mungkin sebuah tren bisa mengalahkan keunikan karena si rambut keriting mulai pergi ke salon dan mencoba meluruskan rambutnya agar bisa seperti si anu yang cantik.
Si kulit hitam mulai pergi memandikan tubuhnya dengan susu agar bisa tampak lebih putih, atau berdiam diri dikamar agar tidak terkena panasnya matahari. sedangkan si putih mulai pergi ke pantai untuk berjemur agar kelihatan seperti Beyonce.
Kemudian si orang daerah mulai menggunakan bahasa inggris agar terlihat keren. Lalu kebudayaan si orang lain lagi, mulai tidak diakui karena tidak modern.

sebuah trend membuat orang menjadi sama. Tidak ada lagi yang unik. Yang terlihat hanya seorang laki-laki atau seorang perempuan dengan banyak saudara yang tidak dikenal.
Masing-masing mulai mencoba memalsukan diri agar kelihatan lebih cantik, lebih tampan dan lebih mudah diterima.
Eksistensi, penghargaan, pengakuan, sangat sangat penting!

Mungkin seragam sekolah adalah salah satu awal keberhasilan ini. Tapi mengapa seragam sekolah tidak dapat menyembunyikan si kaya dan si miskin? atau si bodoh dan si pintar?

kaya dan miskin atau bodoh dan pintar bukanlah keunikan atau perbedaan. Kaya-miskin dan bodoh-pintar adalah kesempatan. Kesempatan yang tidak bisa dimilik oleh semua orang.
Tapi jika si miskin menjadi tidak layak karena kemiskinannya, lalu bagaimana dengan si kaya?

kemudian bagaimana dengan si bodoh dan si pintar?
jika si bodoh adalah bodoh dalam bidang akademik, apakah itu salah? apakah si guru itu begitu pintar sehingga masih tetap saja ada si bodoh?!
Apakah si bodoh harus dicampakkan atau diludahi atau patut diberi tatapan memuakkan?
Apakah kesalahan si bodoh adalah karena dia itu BODOH???
Dan si pintar lah yang akhirnya tertawa terbahak-bahak karena kepintarannya dan mulai membodohi yang lain dan mencampakkan yang bodoh.

Sunday 9 November 2008

Flu Berat!

Lagi flu!

Lagi flu kaya gini gue jadi suka ga kontrol pikiran. jadinya, semua tulisan gue, gue hapus dolo,,
ada maintenance besar2an,,
nyesel juga di hapus, padahal kan gue jarang nulis,,
eh, punya tulisan malah gue hapus,,

ntar nulis lagi deh,,