Saturday 15 November 2008

Lidah

Lidah ini, yang membuat kita begitu senangnya menikmati segala sesuatu, entah itu makanan atau minuman dengan beraneka ragam rasa, membuat kita lupa bagaimana jika lidah kita tidak lagi mampu mengecap itu semua (baca: hambar.red).

saya yakin, semua orang akan panik dengan keadaan ini, semua orang akan memaki atau menggerutu saat lidahnya tidak lagi mampu atau belum mampu mengecap rasa. Sangat tidak mengenakkan!

Pemikiran sederhana tentang lidah dan rasa ini membuat saya berpikir lebih jauh lagi tentang warna.
Warna membuat dunia ini menjadi indah. Warna hijau dedaunan, warna biru laut, warna merah darah, dsb.
Dan sekarang saya coba membayangkan jika warna-warna tersebut tidak ada!
yang ada cuma hitam atau putih. Membosankan!

Pemikiran ini membuat saya lebih jauh lagi berpikir tentang keaneka-ragaman.
Sebuah keunikan tentang warna kulit, bahasa, budaya, jenis dan potongan rambut, dan sebagainya.
Tapi mengapa saya sudah jarang melihat keunikan itu lagi?
mungkin sebuah tren bisa mengalahkan keunikan karena si rambut keriting mulai pergi ke salon dan mencoba meluruskan rambutnya agar bisa seperti si anu yang cantik.
Si kulit hitam mulai pergi memandikan tubuhnya dengan susu agar bisa tampak lebih putih, atau berdiam diri dikamar agar tidak terkena panasnya matahari. sedangkan si putih mulai pergi ke pantai untuk berjemur agar kelihatan seperti Beyonce.
Kemudian si orang daerah mulai menggunakan bahasa inggris agar terlihat keren. Lalu kebudayaan si orang lain lagi, mulai tidak diakui karena tidak modern.

sebuah trend membuat orang menjadi sama. Tidak ada lagi yang unik. Yang terlihat hanya seorang laki-laki atau seorang perempuan dengan banyak saudara yang tidak dikenal.
Masing-masing mulai mencoba memalsukan diri agar kelihatan lebih cantik, lebih tampan dan lebih mudah diterima.
Eksistensi, penghargaan, pengakuan, sangat sangat penting!

Mungkin seragam sekolah adalah salah satu awal keberhasilan ini. Tapi mengapa seragam sekolah tidak dapat menyembunyikan si kaya dan si miskin? atau si bodoh dan si pintar?

kaya dan miskin atau bodoh dan pintar bukanlah keunikan atau perbedaan. Kaya-miskin dan bodoh-pintar adalah kesempatan. Kesempatan yang tidak bisa dimilik oleh semua orang.
Tapi jika si miskin menjadi tidak layak karena kemiskinannya, lalu bagaimana dengan si kaya?

kemudian bagaimana dengan si bodoh dan si pintar?
jika si bodoh adalah bodoh dalam bidang akademik, apakah itu salah? apakah si guru itu begitu pintar sehingga masih tetap saja ada si bodoh?!
Apakah si bodoh harus dicampakkan atau diludahi atau patut diberi tatapan memuakkan?
Apakah kesalahan si bodoh adalah karena dia itu BODOH???
Dan si pintar lah yang akhirnya tertawa terbahak-bahak karena kepintarannya dan mulai membodohi yang lain dan mencampakkan yang bodoh.

No comments: